GEOGRAFI TANAH
untuk lebih lengkapnya file dapat download di sini
A. PENGERTIAN TANAH DAN GEOGEAFI TANAH
Semua orang yang tinggal di muka bumi ini tentunya mengenal tanah. Namun demikian apabila ditanya apa itu tanah, maka jawabannya akan bervariasi dan sangat tergantung dari latar belakang seseorang yang ditanya. Jika kita bertanya kepada petani tentang tanah, maka kemungkinan jawabannya tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman. Jika kita bertanya kepada produsen batu bata atau genting, maka kemungkinan jawabannya adalah tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata atau genting.
Mengingat luasnya pengertian tentang tanah, maka perlu ada spesifikasi dari pengertian tanah. Pada awalnya tanah dianggap sebagai media alam tumbuhnya vegetasi yang tedapat di permukaan bumi. Berdasarkan definisi di atas, maka gurun pasir tidak dianggap sebagai tanah karena tidak dapat berfungsi sebagai media tumbuhnya vegetasi. Namun demikian dalam kenyataannya bahan pasir tersebut termasuk kategori tanah.
Pada saat ilmu kimia sedang berkembang, seorang ahli kimia bernama Berzelis (1803) menyatakan bahwa tanah merupakan laboratorium kimia alam dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia berlangsung secara tenang. Pada tahap ini tanah sudah tidak dipandang lagi hanya sebagai alat produksi pertanian, melainkan sebagai tempat berlangsungnya segala reaksi kimia yang terjadi di alam.
Bersamaan dengan kemajuan ilmu kimia dan fisika, seorang ahli fisika bernama Thaer ( 1909 ), menyatakan bahwa ” Permukaan bumi kita terdiri atas bahan remah dan lepas yang dinamakan tanah. Tanah ini merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan, terutama terdiri atas unsur-unsurSi, Al, Ca, Mg, Fe dan lain-lainnya (Isa Darmawijaya. 1990: 5). Dengan definisi ini Thaer mengklasifikasikan tanah atas dasar partikelnya seperti pasir, debu dan lempung, yang ternyata masih tetap digunakan sebagai salah satu ciri dari klasifikasi tanah terbaru.
Pada tahun 1927 Marbut, seorang ahli tanah dari Amerika Serikat berusaha keras menggunakan ide pedologi Rusia yang dikembangkan oleh Dokuchaiev. Dia membuat definisi tanah sebagai berikut : Tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu ( unconsolidated ), mempunyai tebal mulai dari selaput tipis sampai lebih dari tiga meter yang berbeda dengan bahan di bawahnya, biasanya dalam hal warna, sifat fisik, susunan kimia, mungkin juga proses-proses kimia yang sedang berlangsung, sifat biologi, reaksi dan morfologinya ( Isa Darmawijaya. 1990: 8 ).
Definisi tanah yang menggunakan dasar dari pengertian tanah, berbunyi sebagai berikut : Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula ( Isa Darmawijaya. 1990: 9 ). Dari definisi tersebut nampak bahwa terdapat lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah yaitu iklim, jasad hidup, bahan induk, relief dan waktu.
Sedangkan geografi tanah mempelajari tentang karakteristik dari berbagai jenis tanah, dan sebaran dari berbagai jenis tanah yang ada di muka bumi Sebenarnya karakterisitik berbagai jenis tanah dipelajari dalam ilmu tanah. Adapun geografi tanah lebih menekankan pada sebaran dari berbagai jenis tanah dan mempelajari faktor-faktor penyebab mengapa terjadi perbedaan jenis tanah antara tempat satu dengan tempat lainnya.
Dalam membahas ilmu tanah, terdapat dua sudut pandang kajian, yaitu
1. Pedologi
pedologi berasal dari kata Pedon yag berarti gumpal tanah. Pedologi menekankan pembahasan ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam murni yang meliputi :
- Genesa tanah ( asal mula pembentukan tanah ) dan
- Klasifikasi dan pemetaan tanah yang mencakup nama-nama, sistematik, sifat kemampuan dan penyebaran berbagai jenis tanah.
Dengan mempelajari pedologi dapat digunakan sebagai dasar penggunaan masing-masing jenis tanah secara efisien dan rasional.
2. Edaphologi
Edaphologi berasal dari kata edaphon yang berarti tanah yang subur. Edaphologi menekankan pembahasan mengenai penggunaan tanah untuk pertanian. Dalam hal ini penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tanah dengan tanaman tingkat tinggi agar mendapatkan oruduksi pertanian seoptimal mungkin.
Dalam kenyataannya di lapangan kedua pandangan ini sulit dipisahkan, karena kajian edaphologi membutuhkan pedologi dan kajian pedologi kurang bermanfaat jika tanpa ada kajian edaphologi.
B. GENESA TANAH
Tanah dapat terbentuk apabila tersedia bahan asal ( bahan induk ) dan faktor yang mempengaruhi bahan asal. Bahan asal atau bahan induk terbentuknya tanah dapat berupa mineral, batuan dan bahan organik. Sedangkan faktor yang mengubah bahan asal menjadi tanah berupa iklim dan organisma hidup. Terbentuknya tanah tersebut tentunya memerlukan suatu tempat ( relief ) tertentu dan juga memerlukan waktu yang cukup lama.
Apabila kita perhatikan definisi tanah yang dikemukakan oleh Isa Darmawijaya, maka akan nampak adanya lima faktor pembentuk tanah, yaitu :
- Bahan Induk
- Iklim
- Organisma Hidup
- Relief ( Topografi ) dan
- Waktu
Dari ke lima faktor tersebut, faktor pembentuk tanah yang paling dominan adalah faktor iklim. Bahan induk, organisma hidup dan relief keberadaannya dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah sering disebut dengan istilah Weathering.Untuk memperjelas peranan dari masing-masing faktor pembentuk tanah, perhatikan uraian di bawah ini.
- Bahan Induk ( Bahan Asal )
Bahan induk merupakan bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah.Bahan induk dapat berupa mineral, batuan dan bahan organik (sisa-sisa bahan organik/ zat organik yang telah mati). Pengertian dari berbagai bahan induk tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mineral
Mineral merupakan bahan alam homogen dari senyawa anorganik asli, mempunyai susunan kimia tetap dan susunan molekul tertentu dalam bentuk geometrik. Sifat mineral yang perlu diperhatikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan antara lain : susunan kimia, struktur kristal, textur kristal dan kepekaan terhadap proses dekomposisi. Mineral dapat diketahui jenisnya berdasarkan susunan (composition), kristalisasi, bidang belahan (clevage), pecahan (farcture), sifat dalam (tenacity), derajat keras hardness), berat jenis (specific gravity), sikap tembus cahaya (diphenity), kilap (luster), warna (color) dan cerat (streak). Bagi keperluan ilmu tanah yang penting adalah mengenai jenis mineral di lapangan secara megaskopis, sedangkan susunan mineral secara kuantitatif harus ditentukan di laboratorium.
Mineral-mineral penyusun batuan tidak semuanya dapat membentuk tanah. Mineral dengan kekerasan 1 – 7 merupakan mineral penyusun batuan yang dapat berubah menjadi tanah. Berdasarkan skala Mohs, urutan kekerasan mineraladalah sebagai berikut :
1. Talks 6. Orthoklas
2. Gips 7. Kuarsa
3. Kalsit 8. Topas
4. Flourit 9. Korundum
5. Apatit 10. Intan
Karakteristik mineral secara rinci akan dipelajari dalam mata kuliah mineralogi petrologi. Namun demikian dalam bab ini akan dibahas mineral-mineral penting penyusun batuan yang berperan dalam bidang pertanahan dan pertanian.
1. Golongan Mineral Silikat
Golongan mineral silikat merupakan golongan mineral pembentuk tanah yang paling penting dan paling banyak. Mineral ini dapat terbentuk menjadi lempung (clay ). Mineral ini tersusun atas senyawa silisium dengan unsur-unsur lainnya. ( contoh : Mikrolin, ortoklas, hornblende, analsit, muskofit, Biotit, Khlorit dsb )
- Golongan Mineral Oxida dan Hidroxida
Kuarsa ( SiO2 ) merupakan mineral Oxida Silika yang paling penting dalam pembentukan tanah. Kuarsa merupakan mineral penyusun kerak bumi yang paling banyak sesudah feldspat. Mencakup kurang lebih 12 % dari seluruh litosfer. Kuarsa banyak terdapat pada batuan yang sifatnya asam, keras sehingga proses dekomposisi lambat, sehingga mineral ini banyak terdapat pada farksi tanah kasar atau pasir. Mineral kuarsa berwarna putih dan mudah dikenali karena kenampakannya seperti gelas dan keras. ( Contoh : Limonit, Hematit, Magnetit, dan Gipsit )
3. Golongan Fosfat
Unsur P merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman. Bentuk senyawa P yang paling mudah diserap akar tanaman adalah dalam Ca3PO4 dan Mg3PO4.Mineral utama sumber P yang ada dalam tanah adalah apatit. Apatit jarang terdapat dalamjumlah besar, namun dalam bentuk kristal kecil dalam batuan. Mineral ini mudah lapuk di bawah pengaruh air yang mengandung asam karbonat.
4. Golongan Karbonat
Kalsit ( CaCO3 ) meupakan mineral yang paling penting dalam golongan karbonat. Mineral ini merupakan mineral pokok dalam batuan kapur dan pualam. Kalsit mudah lapuk dan larut dalam air yang mengandung CO2. Oleh karena itu di daerah kapur banyak dijumpai dengan bentukan tajam di atasnya maupun di alasnya. Mineral kalsit berwarna putih, tembus cahaya, mudah dibelah, dan mudah digores.
5. Golongan Sulfur
Salah satu mineral golongan sulfur yang penting adalah Gips (gypsum)CaSO4.2H2O yang berwarna putih dan tembus cahaya. Mineral gips dapat terbentuk sebagai akibat endapan sisa garam pada laipsan tanah dalam di daerah arid atau semiarid. Didaerah basah unsur ini digunakan untuk pembuatan pupuk. Gips terutama terbentuk karena endapan dalam laut akibat reaksi antara Ca sarang hewan laut dengan S yang terbentuk sebagai akibat perombakan jasad plankton.
6. Golongan Lempung
Mineral lempung merupakan hasil dekomposisi dari mineral silikat primer. Mineral lempung terdapat dalam tanah liat dalam bentuk butir kecil berukuran < 0,002 mm. Terdapat tiga golongan mineral lempung yang penting yaitu golongan :
- kaolinit (Al2O3),
- monmorilonti (Al2O3.3SiO3.4H2O), dan
- illite (sumber K dalam tanah ).
b. Batuan
Batuan merupakan bahan alam padat yang menyusun kerak bumi atau litosfer. Pada umumnya batuan tersusun atas dua mineral atau lebih, tetapi juga ada yang hanya tersusun oleh satu mineral, yaitu batuan gamping (Ca CO3). Batuan penyusun kerak bumi berasal dari batuan cair pijar dengan suhu tinggi yang disebut dengan magma. Magma berasal dari lapisan mantel yang menyusup menuju ke permukaan bumi melewati celah-celah yang ada di kerak bumi (litosfer).
Dalam perjalanannya menuju ke permukaan bumi magma dapat membeku jauh di bawah permukaan bumi, di celah-celah (gang) di dekat permukaan bumi, maupun membeku di luar permukaan bumi. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dapat dibedakan menjadi :
- Batuan beku
Untuk membedakan antara batuan beku dengan batuan lainnya, maka perlu diperhatikan ciri-ciri umum dari batuan beku. Jika kalian pergi ke suatu tempat, misalnya di bagian hulu sungai dan kalian mendapatkan batu maka amatilah batu tersebut. Jika batu tersebut ternyata tidak ada tanda-tanda bekas kehidupan (fosil), mempunyai tekstur padat, mampat, serta strukturnya homogen, maka dapat dikatakan bahwa batuan tersebut merupakan batuan beku.
Magma yang bergerak menuju ke permukaan bumi akan mengalami pembekuan dalam perjalanannya. Jika magma membeku di dalam bumi pada kedalaman antara 15 – 50 km, maka magma yang membeku tersebut disebut dengan batuan beku dalam dan batuan plutonik. Dalam perjalanannya ke permukaan bumi kadang-kadang magma melewati jalur-jalur rekahan atau gang dan kemudian membeku. Magma yang membeku di gang-gang disebut dengan batuan gang (korok). Adapun magma yang keluar ke permukaan bumi lewat gunung berapi dan kemudian membeku di luar, disebut dengan batuan lelehan atau batuan vulkanik. Jika keluarnya ke permukaan bumi melalui lelehan maka disebut dengan batuan efusi dan jika keluarnya terlempar ke udara maka disebut dengan batuan eflata
- Batuan sedimen
Untuk dapat terjadinya batuan sedimen terdapat empat tahap yang harus dilalui :
Keterangan :
P1 : pelapukan
P2 : pengangkutan
P3 : pengendapan
P4 : perkembangan bentuk
Batuan sedimen dapat terbentuk dari berbagai jenis batuan. Pada awalnya terjadi pelapukan batuan, kemudian terjadi erosi atau terangkut ke suatu tempat dan mengendap. Setelah mengendap karena adanya tekanan tertentu maka endapan tersebut akan mengeras dan membentuk batuan sedimen.
Jika kalian menemukan batuan yang berlapis-lapis dan kadang-kadang terdapat sisa-sisa kehidupan (fosil) maka dapat dikatakan bahwa batuan tersebut adalah batuan sedimen. Batuan sedimen dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, seperti :
a). Berdasarkan tenaga yang mengendapkan
(1) Batuan sedimen yang proses pengendapannya dilakukan oleh air disebut dengan batuan sedimen aquatis.
(2) Batuan sedimen yang proses pengendapannya dilakukan oleh angin disebut dengan batuan sedimen aeolis.
(3) Batuan sedimen yang terbentuk sebagai aktivitas dari gletser disebut dengan batuan sedimen glasial.
b) Berdasarkan cara terjadinya
(1). Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya secara mekanik dan tidak terjadi perubahan susunan kimia disebut dengan batuan sedimen mekanik, contoh: batuan konglomerat.
(2) .Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya terjadi perubahan susunan kimia disebut dengan batuan sedimen kimia, contoh: batu kapur.
(3) Batuan sedimen yang dalam proses pengendapannya dipengaruhi oleh kegiatan organisma, disebut dengan batuan sedimen organik, contohnya: terumbu karang.
Gambar
Contoh batuan sedimen berbentuk Limestone
- Batuan Metamorf
Batuan yang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia sehingga mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari batuan asalnya disebut dengan batuan malihan (metamorf). Suhu yang tinggi, tekanan yang kuat dan waktu yang lama merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batuan malihan.
Batuan metamorf atau malihan dapat dibedakan menjadi :
a). Batuan metamorf kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi disebut dengan batuan metamorf kontak. Suhu yang tinggi terjadi sebagai akibat dari aktivitas magma. Adanya suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contoh: batu kapur (gamping) menjadi marmer.
b). Batuan metamorf dinamo
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi dalam waktu yang lama disebut dengan batuan metamorf dinamo. Tekanan tersebut berasal dari tenaga endogen. Contoh: batu lumpur (mud stone) menjadi batu tulis (slate). Batuan metamorf dinamo banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
c). Batuan metamorf kontak pneumatolitis
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma, disebut dengan batuan metamorf kontak pneumatolitis. Contoh kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.
c. Bahan Organik
Sisa-sisa bahan organik apanabila melapuk akan membentuk tanah organik. Sebagian besar sisa-sisa bahan organik terutama berupa daun-daun yang gugur, ranting-ranting dan batang pohon. Disamping itu sisa-sisa bahan organik ini dapat berasal dari hewan dan manusia, namun jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan organiik yang masih hidup tidak berfungsi sebagai bahan induk, tetapi berfungsi merubah bahan induk menjadi tanah.
2. Iklim
Iklim merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan tanah, karena iklim bersifat aktif dalam mempengaruhi bahan induk. Oleh karena itu istilah yang digunakan dalam proses pembentukan tanah adalah ” weathering ” .Unsur iklim yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan.
- Temperatur Udara
Temperatur udara merupakan derajat panas dinginnya udara. Dalam proses pembentukan tanah ( pelapukan ) fluktuasi harian dari temperatur udara mempunyai peranan penting dalam proses desintegrasi. Semakin besar fluktuasi temperatur harian semakin cepat proses desintegrasi berlangsung. Daerah yang mempunyai fluktuasi temperatur udara harian tertinggi adalah daerah gurun. Pada umumnya di daerah gurun pada siang hari terasa panas, sedangkan pada malam hari terasa dingin. Dengan demikian pada siang hari terjadi proses pengembangan batuan sedangkan pada malam hari terjadi proses pengkerutan batuan. Akhirnya terjadi desintegrasi secara aktif.
Temperatur udara mempengaruhi besarnya evapo-transpirasi sehingga mempengaruhi pula gerakan air dalam tanah. Disamping itu temperatur juga berpengaruh terhadap reaksi kimia dalam tanah dan aktifitas bakteri pembususk.Adanya kenaikan temperatur tiap 10 º C dapat mempercepat reaksi kimia 2-3 kali lipat..
- Curah Hujan
Curah hujan mempunyai peranan yang penting dalam proses pembentukan tanah. Aktifitas hujan berpengaruh dimulai dari adanya tetesan air hujan yang mampu mengkikis batuan (bahan yang lain) yang ada di permukaan tanah. Disamping itu adanya air hujan yang meresap ke dalam tanah akan mempercepat berbagai reksi kimia yang ada dalam tanah, sehingga mempercepat proses pembentukan tanah. Namun demikian curah hujan juga berperan merusak lapisan tanah yang telah tebentuk. Sebagai contoh bsanyak kejadian erosi maupun tanah longsor yang diakibatkan oleh hujan. Disamping itu hujan juga menyebabkan terjadinya pelindihan berbagai unsur yang ada pada lapisan tanah atas.
Menurut Marbut, pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut ( Isa Darmawijaya. 1990: 78-79) :
- Di daerah tropik humid, pelapukan kimia berjalan sangat cepat sedangkan pelapukan fisik biasa.
- Di daerah taiga dan frost yang humid dan subhumid, pelapukan kimia relatif lambat sedangkan pelapukan fisik cepat.
- Di daerah arid, pelapukan kimia sangat lambat sedangkan pelapukan fisik sangat cepat.
- Di daerah arid-microthermal terbentuk lempung yang banyak mengandung Si.
- Di daerah tropik-humid mesothermal, terbentuk lempung yang mengandung Al dan Fe dengan kadar Si yang rendah.
- Di daerah humid-microthermal terbentuk lempung yang berkadar Si sedang sampai tinggi.
3. Organisma
Semua mahluk hidup, baik selama masih hidup maupun setelah mati mempunyai pengaruh dalam pembentukan tanah. Diantara mahluk hidup yang paling berperan dalam pembentukan tanah adalah vegetasi, karena vegetasi mempunyai kedudukan yang tetap dalam waktu yang lama. Berbeda dengan manusia dan binatang yang selalu bergerak atau berpindah tempat.
Vegetasi merupakan organisma hidup yangt mempunyai peranan paling besar dalam proses pembentukan tanah. Akar-akar vegetasi mampu dalam melakukan pelapukan fisik karena tekanannya dan mampu melakukan pelapukan kimia karena unsur-unsur kimia yang dikeluarkan oleh akar, sehingga tanah-tanah di sekitar akar akan banyak mengandung bikarbonat. Disamping itu vegetasi yang telah mati akan menjadi bahan induk terbentunya tanah, terutama tanah-tanah organik ( humus ).
Organisma hidup yang berupa hewan besar tidak begitu besar peranannya dalam membentuk tanah. Organisma hidup berupa hewan yang paling berperan dalam pembentukan tanah adalah mikro-organisma berupa bakteri pembusuk. Mikro-organisma ini terutama berperan aktif dalam pembentukan tanah-tanah organik. Mikro-organisma ini akan bekerja sangat efektif pada suhu berkisar 25ºC. Oleh karena itu di daerah tropis perkembangan tanah organik lebih intensif dibandingkan dengan di daerah sedang atau daerah dingin.
4. Relief / topografi
Topografi atau relief berpengaruh dalam mempercepat atau memperlambat proses pembentukan tanah. Pada daerah yang mempunyai relief miring proses erosi tanah lebih intensif sehingga tanah yang terbentuk di lereng seperti terhambat. Sedangkan pada daerah datar aliran air permukaan lambat, erosi kecil sehingga proses pembentukan tanah lebih cepat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa daerah semakin miring faktor penghambat pembentukan tanah semakin besar.
5. Waktu
Pembentukan tanah membutuhkan waktu. Lama waktu pembentukan tanah terutama tergantung dari bahan induk dan iklim. Batuan yang keras lebih sulit terbentuk tanah dari pada batuan yang lunak. Demikian juga iklim dai daerah tropis akan lebih mudah dalam proses pembentukan tanah dari pada iklim di daerah sedang atau arid. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah tropis biasanya lebih tebal dibandingkan dengan tempat lainnya.
Menurut Mohr, secara umum terdapat lima tahapan waktu pembentukan tanah, yaitu :
- Tahap permulaan
Pada tahap ini bahan induk sedikit mengalami pelapukan, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Terbentuk Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah regosol muda
b.Tahap Juvenil
Pada tahap ini bahan induk mengalami pelapukan lebih lanjut baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah regosol tua atau disebut juga tanah tarapan.
- Tahap Viril
Pada tahap ini bahan induk mengalami pelapukan secara optimum baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah latosol coklat.
d. Tahap Seril
Pada tahap inii pelapukan mulai merurun, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah latosol merah.
e. Tahap Terakhir
Pada tahap inii pelapukan sudah berakhir, baik desintegrasi maupun dekomposisi. Tanah yang terbentuk pada tahap ini adalah tanah laterit.
B. PELAPUKAN
Pelapukan merupakan proses hancurnya/lapuknya batuan dari ukuran besar menjadi lebih kecil. Faktor penyebab utama pelapukan adalah iklim. Oleh karena itu istilah pelapukan disebut dengan weathering. Unsur iklim yang paling berperan adalah temperatur udara dan curah hujan. Pelapukan dapat terjadi dengan tanpa adanya perubahan susunan kimia bahan asal ( desintegrasi ), tetapi dapat juga terjadi perubahan kimia dari bahan asal dan bahan yang terbentuk ( dekomposisi ).
- Desintegrasi
Desintegrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Desintegrasi Akibat Temperatur
Fluktuasi temperatur udara harian merupakan faktor utama terjadinya desintegrasi. Adanya suhu yang panas pada siang hari dan dingin pada malam hari, menyebabkan proses pengembangan dan pengkerutan berjalan intensif, sehingga batuan mudah lapuk. Menurut Emerson, batuan yang bertekstur kasar lebih mudah lapuk dari pada batuan bertekstur halus. Batuan berwarna kelam juga mudah lapuk dibandingkan dengan batuan yang berwarna cerah. Daerah yang memilki aktivitas desintegrasi paling dominan adalah daerah arid atau gurun.
- Desintegrasi Oleh Air
Air mempunyai peranan dalam proses deisintegrasi mulai dari adanya tetesan air hujan sampai dengan aliran permukaan. Tetesan air hujan dalam waktu yang lama jika mengenai batuan dapat menyebabkan lapisan batuan paling atas mengalami pengelupasan sedikit demi sedikit. Sedangkan adanya aliran air permukaan yang membawa sedimen dapat menyebabkan terjadinya proses pengikisan batuan. Menurut perhitungan daya angkut aliran air sebanding dengan pangkat enam kecepatannya. Perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel 2.1. Hubungan Antara Kecepatan Aliran Dengan Bahan Yang Terangkut
- Kecepatan Aliran Air (cm/dt)Bahan Yang Terangkut1530120240720Pasir halusKerikilBatu seberat 1kgBatu seberat 64 kgBatu seberat 160 kg
Sumber : (Isa Darmawijaya. 1990: 104)
- Desintegrasi Akibat Angin
Di daerah tropis, desintegrasi yang diakibatkan oleh aktivitas angin sangat kecil, namun di daerah arid atau gurun angin mempunyai perananan yang cukup besar. Kecepatan angin yang tinggi didaerah gurun dapat menerbangkan pasir-pasir dan menggerus batuan sehingga banyak batuan yang bentuknya seperti jamur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar